Rabu, 29/07/2015 15:58 WIB
Seperti dilaporkan Shanghaiist, Rabu (29/7/2015), Li yang ditilang polisi pada Sabtu (25/7/2015) karena melanggar peraturan lalu lintas mendatangi kantor polisi pada hari berikutnya, Minggu (26/7/2015). Saat itu dia membawa serta anak laki-lakinya yang berumur sembilan tahun.
Kepada polisi yang bertugas saat ini dia meminta motornya yang disita dikembalikan saat itu juga. Sebagai jaminannya, dia menjadikan sang anak sebagai jaminan bahwa dia bersungguh-sungguh dan akan membayar denda yang ditetapkan atas pelanggaran yang dia perbuat.
Hanya, negosiasi dengan cara seperti itu tak berhasil. Petugas ogah menerima tawaran itu bahkan tak menggubrisnya.
Seperti diwartakan Shenzen Daily, sebagai protes atas penolakan polisi, Li pergi begitu saja dan meninggalkan sang anak yang bernama Yiyi itu. Sontak polisi pun kelabakan dibuatnya.
Terlebih tak lama kemudian Yiyi terlihat berkeliaran di sekitar kantor polisi hari itu. Kepada petugas dia mengaku ayahnya telah mengajaknya ke kantor polisi dan mengatakan agar tetap tinggal di kantor polisi hingga beberapa hari.
Ayah yang juga orangtua tunggal itu berdalih, dengan meninggalkan Yiyi di kantor polisi berarti dia meninggalkannya di tangan yang tepat. Maklum, setelah motornya disita polisi dia tak bisa mencari nafkah, sebab kendaraan roda dua itu adalah satu-satunya penopang kehidupan mereka.
Li bahkan tak bersedia kembali ke kantor polisi untuk menjemput sang anak saat polisi menghubunginya. Namun, sikapnya melunak setelah polisi memberi tahunya mereka telah mengirim Yiyi ke pusat perlindungan remaja di kota tersebut.
Li pun akhirnya mendatangi kantor polisi pada jam 10 malam. Dan yang pasti, akibat perbuatannya itu dia justru menghadapi persoalan baru, karena polisi memberikan denda dan dia ditahan.
Ia menghadapi tuduhan telah memanfaatkan anak untuk tawar menawar. Cara seperti itu dikategorikan melanggar hukum. Tapi hingga kini tidak jada kejelasan apakah sang anak akan benar-benar diambilnya lagi.
EmoticonEmoticon